Solidaritas.net – Putri Widji Tukul, Fitri Nganthi Wani merasa kecewa berat terhadap kelompok buruh yang mendukung Prabowo. Menurutnya, kelompok buruh yang mendukung Prabowo hanya terbuai “mulut manis” belaka dan lupa ingatan.
“Kecewa Tingkat Dewa! Kalaupun msh hidup, bapak sy, Wiji Thukul, Herman, dan kawan2 yg raib sebagai pejuang buruh lainnya tak mungkin pernah dukung Prabowo! Baru “ketemu” mulut manisnya sehari aja udah lupa ingatan ya mas2 dan mbak2? Atau memang pengetahuan akan sejarahnya minim? Situ tau gk siapa yg bikin bapak sy hilang? Kalau situ bilang dukung Prabowo lalu bilang semoga bapak sy msh hidup, mending jauh2 deh dari WijiThukul! Udah ngilangin orang, gaji buruhnya sendiri 5 bulan gk dikasih, skrg teriak2 belain buruh. Sakit jiwa akut! SAYA MELAWAN LUPA!!!!!!!” tulis Wani di status Facebooknya, sehari setelah May Day (2/05).
Widji Thukul adalah penyair buruh yang menjadi korban penculikan dan penghilangan paksa pada tahun 1997-1998. Prabowo yang saat itu menjabat sebagai Danjen Kopassus bertanggungjawab atas kasus penculikan aktivis.
Putri pertamanya, Fitri Nganthi Wani melanjutkan perjuangan bapaknya sebagai penyair. Ia dan adiknya, Fajar Merah, berkarya di wadah kesenian yang bernama Merah Bercerita.
Diketahui, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan dukungannya terhadap Capres Prabowo Subianto saat acara May Day Fiesta KSPI di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Kamis (1/05). Alasannya, Prabowo Subianto menerima 10 tuntutan buruh sebagai tuntutan yang masuk akal.
“Capres yang telah menyetujui dan bersedia kontrak politik adalah Prabowo Subianto,” kata Said dilansir dari Tribunnews.com.
Menurut Wani, pernyataan kekecewaannya itu adalah untuk mengingatkan sebagai tanda cintanya kepada buruh agar jangan mudah lupa dengan jejak rekam Prabowo Subianto. Ia juga meminta agar rakyat Indonesia memelihara ingatan sampai keadilan bisa diselamatkan.
“Widji Tukul pasti bangga pada kalian, wahai pemelihara ingatan,” katanya.
