Protes Rasisme, Kota Ferguson AS Rusuh

0

Solidaritas.net – Amerika Serikat selama ini menyebut dirinya sebagai negara yang paling menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM). Bahkan, mereka tidak segan-segan memerangi negara lain yang bermasalah dengan HAM, apalagi jika melanggar HAM warganya yang sedang berada di AS. Namun ternyata, di AS sendiri masih terjadi pelanggaran HAM.

kerusuhan rasial di AS
Deretan mobil di sebuah diler ludes dimakan api kemarin di Dellwood, Missouri. Gelombang kemarahan warga pecah pasca putusan juri yang menyatakan polisi berkulit putih tidak akan diadili dalam kasus penembakan pemuda kulit hitam Michael Brown. ©Jawapos.com

Seperti yang terjadi di Kota Ferguson, Amerika Serikat baru-baru ini. Daerah yang berada dalam wilayah Negara Bagian Missouri itu mengalami kerusuhan besar karena dugaan kasus rasis yang dilakukan oleh seorang polisi bernama Darren Wilson (28 tahun). Polisi berkulit putih itu menembak seorang remaja berkulit hitam, Michael Brown (18 tahun) hingga tewas. (Baca juga: Tolak PHK, Buruh Yunani Mogok Kerja Lumpuhkan Ibukota)

Sejak Senin, 24 November 2014, Kota Ferguson berubah jadi mencekam. Massa mengamuk dan melempari polisi dengan batu, serta membakar mobil dan bangunan. Kemarahan massa itu terjadi setelah Juri Pengadilan Tinggi St. Louis memutuskan Wilson tidak bisa didakwa dalam kasus tersebut, karena para saksi menyebut tindakannya telah sesuai prosedur. (Baca juga: Buruh Sektor Publik Ghana Lancarkan Pemogokan Umum)

“Kami benar-benar kecewa karena pembunuh anak kami tidak akan pernah menghadapi konsekuensi dari tindakannya,” ujar pihak keluarga Brown, seperti dikutip dari Jawapos.com.

Belasan bangunan pun terbakar, termasuk toko telepon genggam di seberang kantor polisi St. Louis County dan restoran pizza Little Caesars. Massa juga menjarah toko-toko di sepanjang jalan. Selain itu, puluhan mobil polisi juga berubah jadi arang. Para pembakarnya pun kemudian berfoto dengan bangga di samping mobil yang masih terbakar membara itu.

Tidak hanya itu saja, suara tembakan juga terdengar berkali-kali. Namun, desingan peluru itu bukan berasal dari pihak kepolisian, melainkan dari massa yang mengamuk. Mereka melepaskan tembakan dengan para petugas kepolisian yang menjadi targetnya. Akibatnya, kondisi Kota Ferguson pun kacau-balau dengan pecahan kaca dan mobil yang terbakar.

“Polisi ditembaki dan dilempari dengan batu serta berbagai benda lain,” sebut Kepala Departemen Kepolisian St Louis County Jon Belmar pula, juga dilansir oleh JawaPpos.com.

Untuk mengamankan situasi, Gubernur Missouri Jay Nixon terpaksa harus meminta bantuan personel penjagaan dari Pasukan Garda Nasional. Selain itu, Presiden AS Barack Obama dan keluarga Michael Brown juga sempat meminta massa tenang dan berhenti melakukan tindakan pengrusakan, meskipun permintaan itu hanya dianggap angin lalu oleh massa.

Massa tetap beranggapan bahwa keputusan juri tersebut adalah taktik yang digunakan polisi agar tersangka bisa lolos dari jeratan hukum. Apalagi, kasus penembakan itu mengarah ke sentimen rasisme pada warga kulit hitam. Rasisme di kota yang didominasi warga kulit hitam itu memang masih kental, karena petugas pemerintahan mayoritas berkulit putih.

Selain di Kota Ferguson, protes serupa juga terjadi di 90 kota lainnya di AS, termasuk di Los Angeles, New York, Chicago, dan Washington DC. Namun, aksi itu dilakukan dengan cara damai. Sebagai bentuk protes, tiga jembatan di New York pun ditutup oleh masyarakat. Sebelumnya, kerusuhan juga sudah terjadi Kota Ferguson pada pertengahan Agustus 2014.

Kasus penembakan Brown itu terjadi pada 9 Agustus 2014. Ketika itu, Wilson mengetahui dia baru saja merampok minimarket bersama seorang temannya, Johnson, dan berusaha kabur. Ketika diminta berhenti, Brown malah menyerang Wilson, sehingga akhirnya dia pun mengeluarkan beberapa kali tembakan. Sedangkan menurut Johnson, Wilson malah menembak Brown ketika remaja itu sudah mengangkat tangan tanda menyerah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *