Cerita Buruh Pelopor Penutupan Tol Ciujung dan Pengkhianatan Elitnya

1

Dwipa Nusantara*) | Solidaritas.net, Serang – Pukul 00.00 WIB, 24 November 2014, kami berkumpul di kontrakan yang terdekat dengan Tol Ciujung untuk merencanakan pemblokiran jalan tol Jakarta-Merak. Aksi ini sebagai bentuk tekanan kepada Bupati Serang Ahmad Taufik Nuriman agar mau mendengar aspirasi kaum buruh Kabupaten Serang, yaitu merevisi nilai Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Rp. 2.700.000 yang telah direkomendasikan kepada Plt Gubernur Banten Rano Karno, menjadi Rp. 2.840.000.

buruh blokir tol ciujung
Ribuan buruh memblokir tol Ciujung, Senin, 24 November 2014. © Radarbanten.com

Aksi pemblokiran ini sebenarnya bukanlah tujuan kami, melainkan reaksi atas sikap pemerintah yang selalu meminggirkan kaum buruh, tidak seperti janjinya pada saat kampanye pemilihan yang katanya akan menyejahterakan kaum buruh.

Dalam perencanaan pemblokiran kali ini, memang tidak diikuti oleh beberapa kawan-kawan kami lainnya seperti pada tahun lalu. Kami hanya berjumlah delapan orang saja, namun banyak cara yang telah kami rencanakan, di antaranya dengan menebar paku di terowongan tambak, dan cara-cara lain seperti tahun lalu.

Pukul 04.30, pemblokiran dimulai, pengecekan terowongan tambak dilakukan, namun tidak ada kendaraan yang mogok di sana akibat paku yang kami tebar semalam. Di dekat gerbang tol, salah seorang dari kami kemudian berpura-pura jatuh dari sepeda motor, agar menimbulkan kemacetan dan kami menolongnya. Namun, kami justru berakting berantem sesama kawan agar memacetkan lalu lintas yang kemudian menghentikan dua buah truk tronton. Hal ini mengakibatkan kemacetan panjang, dan kami, mencegat kendaraan umum (angkot) yang mengangkut karyawan agar turun dan ikut bersama kami dalam aksi menuntut kenaikan UMK Serang. Mereka justru senang kami sweeping dan ajak berjuang bersama.

Setelah pemblokiran dilakukan dan terkumpul massa yang besar, maka datanglah mobil komando dari PT Woojin yang menutup pintu keluar gerbang tol ciujung. Kemudian, datanglah mobil komando kedua dari Aliansi. Kami bergantian berorasi dan kemacetan dari berbagai arah tak terelakkan hingga terjadi beberapa kali bentrok dengan aparat kepolisian.

Pukul 10.30, massa dari kawasan industri datang bersama elit-elit buruh dan blokade sedikit demi sedikit terbuka. Pada saat kami berusaha menutupnya kembali, salah satu elit buruh mengatakan, “biarkan saja.”

Akhirnya, kami pun kecewa, kami telah berusaha mati-matian melakukan pemblokiran agar hasilnya maksimal. Kami yakini jika massa bertahan di gerbang Tol Ciujung, maka kemungkinan chaos kecil, karena berdekatan dengan pemukiman warga. Kami menyingkir sembari menyoraki elit-elit yang sedang berorasi dengan kata-kata yang kurang pantas. Mereka kemudian mengarahkan massa ke Kantor Bupati.

Hal-hal seperti ini (membuka blokade massa) sering dilakukan oleh elit buruh di Kabupaten Serang, dan tidak pernah mendapatkan hasil jika massa diarahkan ke kantor Bupati. Ironis memang, karena ini sudah yang ketiga kalinya mengulangi kesalahan yang sama.

Sesampainya di Kantor Bupati, mereka berorasi dan beberapa perwakilan diterima. Setelah selesai bernegosiasi dengan Bupati, elit buruh menyampaikan hasilnya kepada anggotanya, yaitu:

“Perjuangan belum selesai, kita akan lanjutkan ke Gubernur, karena Rekomendasi SK sudah ada pada Gubernur Banten, hari ini kita baru pemanasan dan kita siapkan untuk aksi ke kantor Gubernur Banten karena Bupati tidak bisa memberikan angka yang kita ajukan. Jangan anarkis dalam perjalanan pulang. Kalau anarkis, ini yang disel di Polres, perjuangan belum selesai masa’ masuk Polres.”

Massa pun pulang dengan tertib, pihak kepolisian juga telah merekayasa rute jalur kendaraan supaya tidak memungkinkan massa melewati depan gerbang tol Serang Timur, karena dikhawatirkan akan memblokir kembali seperti kejadian tahun 2013.

Belakangan, kami membaca sebuah surat kabar Tangerang Ekspres. Di situ, memuat komentar Bupati Serang terkait aksi buruh pada 24 November 2014 di pendopo Bupati Serang.

“Ya, biarkan saja buruhnya demo, itu sah-sah saja, tetapi minggu malam (sebelumnya, 23 November-pen), kami sudah bertemu pimpinan mereka dan menyetujui UMK 2015 Kabupaten Serang senilai Rp. 2.700.000,” demikian ungkap Bupati.

Ini tulisan saya, mewakili kawan-kawan.

*) Penulis adalah buruh yang berdomisili di Kabupaten Serang.

One Comment

  1. Saya miris membacanya, luar biasa jika memang ini terjadi, ternyata ada suatu konspirasi besar dalam mempolitisir kenaikan upah TH. 2015, masa buruh hanya di jadikan nilai tawar oknum tak bertanggung jawab

    Mari kita tengok kenaikan upah atau penetapan upah di kab/kóta Se-Prop. Banten nyaris sama…..luar biasa.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *