Aksi di UMS Solo: Tolak Elite Politik Masuk Kampus

1

Solidaritas.net – Kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi MARAK (MAhasiswa bergeRAK) melakukan aksi unjuk rasa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Solo, Jumat (12/4/2019). Para mahasiswa tersebut menolak politisasi kampus oleh para elit politik dan melawan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 melalui pilihan politik Golput.

“Bahkan di beberapa kampus di Indonesia, termasuk UMS beberapa kali kita temui dan dengar oknum-oknum birokrasi UMS maupun dosen-dosen yang memanfaatkan posisinya untuk mengajak mahasiswa memilih calon jagoannya. Tapi kita tahu, dan rakyat sebenarnya tahu, tidak ada satu pun calon dan partai yang akan menjawab persoalan rakyat,” demikian keterangan tertulis dari Aliansi MARAK dalam aksi unjuk rasa melawan Pemilu 2019 itu.

Aksi unjuk rasa sendiri berlangsung hampir empat jam, dimulai sekitar pukul 10.30 WIB di mana para mahasiswa melakukan long march dari Fakultas Hukum UMS menuju Gedung Siti Walidah sambil menyampaikan orasi.

Dengan dikawal satpam kampus dan sejumlah petugas dari kepolisian dan TNI, aksi unjuk rasa sempat berhenti sementara ketika massa melakukan sholat Zhuhur dan istirahat sebelum kemudian berlanjut memasuki Gedung Siti Walidah UMS.

“Kita muak dan bosan mengetahui sebagian akademisi dan birokrat UMS yang mengarahkan kita kepada salah satu paslon (pasangan calon presiden –red) yang diketahui sebenarnya lebih mesra bersama oligarki politik di belakang keduanya,” tambah keterangan tertulis dari para pengunjuk rasa.

“Maka sudah jelas ini adalah sebuah ancaman ketika salah satu dari mereka terpilih. Bagaimanapun, ketika salah satu dari mereka terpilih tidak akan membawa kepentingan rakyat, namun kepentingan dari para pemodal yang ada di belakang mereka semua. Setelah kita mengetahui pemilu ini tidak sehat, kita wajib menolak untuk memilih salah satu di antara mereka,” sambung keterangan tertulis dari Aliansi MARAK tersebut.

“Langkah kita tidak boleh berhenti sampai menolak adanya kampanye di dalam kampus saja, namun kita harus punya sikap yang konkret, yaitu golput sebagai sikap politik atas konsekuensi demokrasi amburadul ini. Golput yang cerdas, yaitu golput yang juga memberi sebuah tawaran konkret pula. Tawarannya adalah membangun kekuatan politik alternatif yang benar-benar membawa kepentingan rakyat bawah, bukan kaum pemodal,” ujar korlap dalam aksi unjuk rasa tersebut ketika menyampaikan orasi di hadapan para mahasiswa.

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *