Pecat Buruh Berkulit Hitam, McDonalds Digugat

0

Solidaritas.net | AS – Dilansir dari Theguardian.com, sepuluh orang mantan pekerja restoran cepat saji McDonald’s mengajukan gugatan sipil di pengadilan negara federal Virginia, mereka menyatakan bahwa pengawas di salah satu cabang gerai McDonald’s tersebut telah melakukan penghinaan rasial dan memecat mereka dengan alasan terlalu banyak pekerja berkulit hitam di gerai tersebut. Mereka mendengar pengawas gerai menyatakan akan mengeluarkan pekerja berkulit hitam dan keturunan Meksiko dari gerai tersebut.

Dari 10 orang penggugat tersebut yang semuanya dipecat pada bulan Mei 2014, sembilan diantaranya merupakan keturunan Afrika Amerika dan satu orang keturunan Meksiko/Hispanik. Mereka mengajukan gugatan di pengadilan Virginia pada hari Kamis pukul 09.00 pagi untuk menuntut McDonald’s dan Michael Simon, pemilik tiga gerai McDonald’s tempat mereka bekerja sebelumnya.

Kebijakan McDonald’s sendiri secara umum menyatakan tidak bertanggungjawab kepada pemegang merek dagang mereka, akan tetapi pada tahun lalu Badan Nasional Hubungan Industrial menyatakan bahwa McDonald’s tetap bertanggungjawab jika terjadi pelanggaran ketenagakerjaan yang dilakukan oleh pemegang merk dagangnya.

Willie Bets, yang telah bekerja di McDonald’s selama 5 tahun sebagai juru masak mengatakan bahwa ia tidak pernah terlambat maupun memiliki masalah kedisiplinan lainnya.

“Tiba-tiba mereka memecat saya tanpa alasan apapun selain bahwa saya tidak sesuai dengan profil karyawan yang mereka butuhkan di gerai. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan profil yang sesuai itu sampai saya melihat beberapa orang yang juga dipecat.”

Pada 2013, Soweva menjadi pemegang merk yang bertanggungjawab di gerai McDonald’s tempat dimana penggugat bekerja. Sekitar 15 orang kulit hitam, termasuk 9 penggugat telah dipecat dari gerai Soweva. perusahaan waralaba milik Simon pada tanggal 12 Mei 2014.

Setelah mengalami pemutusan hubungan kerja, para penggugat sebelumnya telah mengajukan keberatan ke kantor pusat usaha McDonald’s untuk memprotes pemecatan mereka dan diskriminasi rasial yang mereka alami. Mereka berharap bahwa perusahaan McDonald’s akan bertanggungjawab terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh pemegang merk dagang mereka.

“Kami meminta perusahaan McDonald’s untuk membantu kami bekerja kembali, tetapi perusahaan berkilah bahwa hal tersebut adalah tanggung jawab pemegang merk dagang yang bersangkutan tempat kami dahulu bekerja. McDonald’s terus memantau ketepatan pelayanan kami terhadap pelanggan, apakah kami tersenyum kepada setiap pelanggan bahkan bagaimana cara kami membungkus pesanan pelanggan. Akan tetapi disaat kami mencoba untuk memberitahukan diskriminasi rasial yang kami alami, mereka hanya mengatakan bahwa hal itu bukan tanggungjawab mereka.” tutur Pamela Merable kepada theguardian.com.

Banyak kejadian serupa telah terjadi sebelumnya, termasuk tindakan pelecehan seksual terhadap pekerja perempuan di gerai pemegang merk dagang McDonald’s. Badan Nasional Hubungan Industrial menemukan bahwa 89 kasus dari 291 pengaduan pekerja terhadap pemegang merk dagang McDonald’s terbukti kebenarannya secara hukum. Hal ini menyebabkan Dewan telah mengajukan tuntutan terhadap McDonald’s di bulan Desember tahun lalu atas pelanggaran yang terjadi di 13 kota tempat gerai mereka berada.

Kasus ini sangat mungkin terkait dengan ketegangan rasial yang sedang melandas Amerika Serikat akibat dipicu oleh insiden penembakan remaja kulit hitam oleh polisi kulit putih, yang kemudian dinyatakan bebas oleh pengadilan setempat. Demonstrasi dan kerusuhan pecah seperti kerusuhan di Ferguson, Missouri, pada 25 November 2014 lalu.

Foto ilustrasi: Lawan rasisme. © Flickr.com / takver

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *