Kontradiksi Ekonomi Kapitalisme

1

Kontradiksi (ketidakselarasan) dalam ekonomi kapitalisme:

1. Kapitalis (diperbolehkan) memiliki kapital (modal)–dalam bentuk moneter (uang), nilai moneter (uang) surat-surat berharga dan lain sebagainya; (pertanyaan ekonomi-politiknya: dari mana kapitalis mendapatkan kapitalnya?)

2. Dengan kapitalnya, kapitalis membeli alat-alat/sarana-sarana produksi (kapital konstan); (dikatakan konstan karena alat-alat/sarana-sarana produksi tidak akan jadi apa-apa bila tidak dijalankan, tidak ubah, tidak diolah atau tidak diproduksi oleh tenaga kerja buruh. Kapital konstan tidak menciptakan nilai.)

3. Dengan kapitalnya, kapitalis membeli tenaga kerja buruh (kapital variabel untuk membayar upah dan tunjangan-tunjangan buruh); (dikatakan variabel karena tenaga kerja buruh lah yang menjalankan, mengubah dan mengolah alat-alat/sarana-sarana produksi menjadi barang-barang datau jasa-jasa yang akan diperdagangkan atau komoditas.Kapital variabel lah yang menciptakan nilai.)

4. Di dalam pabrik atau perusahaan, kapitalis memerintahkan buruhnya (modal variabel) untuk menangani, mengubah, dan mengolah alat-alat/sarana-sarana produksi (kapital konstan) untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dagangan (komoditas); (Baca juga: Sirkulasi Dunia Kapitalis)

5. Kapitalis mengakui (meng-klaim) bahwa barang-barang dan jasa-jasa dagangan yang diproduksi di pabrik atau perusahaan (komoditas) sebagai miliknya karena kapitalis (dijamin oleh hukum) diakui sebagai pemilik alat-alat/sarana-sarana produksi, atau (dijamin oleh hukum) sebagai pemilik kapital konstan;

6. Kapitalis menjual barang-barang dan jasa-jasa dagangan yang diproduksi di pabrik atau perusahaan (komoditas) di pasar;

(Baca selanjutnya di halaman 2)

7. Hasil penjualan barang-barang dan jasa-jasa dagangan yang diproduksi di pabrik atau perusahaan (komoditas) nya sebagian akan disimpan atau disalurkan/dialokasikan kembali untuk mengganti biaya atau membeli kembali alat-alat/sarana-sarana produksi (kapital konstan) yang telah ia pakai sevelumnya agar bisa berproduksi kembali menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa (komoditas) yang akan dia jual kembali ke pasar;

8. Hasil Hasil penjualan barang-barang dan jasa-jasa dagangan yang diproduksi di pabrik atau perusahaan (komoditas) nya sebagian juga akan digunakan untuk membayar upah dan tunjangan-tunjangan buruh (kapital variabel);

9. Hasil Hasil penjualan barang-barang dan jasa-jasa dagangan yang diproduksi di pabrik atau perusahaan (komoditas) nya yang sebagian lagi digunakan untuk membayar pajak dan kewajiban-kewajiban formal lainnya;

10. Dan yang terakhir, Hasil Hasil penjualan barang-barang dan jasa-jasa dagangan yang diproduksi di pabrik atau perusahaan (komoditas) nya (dijamin oleh hukum) akan menjadi milik kapitalis sebagai keuntungan, yang akan dia gunakan untuk kepeluan pribadinya atau menambah kapital–terutama menambah kapital konstan (alat-alat/sarana-sarana produksi);

11. Ada 2 hal yang menyebabkan kontradiksi (ketidakselarasan) dalam ekonomi kapitalisme:

12. Yang pertama: upah dan tunjangan-tunjangan yang diberikan kepada buruh tidak sesuai, tidak setara, dengan jumlah (nilai) hasil kerjanya, atau tidak sesuai, tidak setara, dengan jumlah (nilai) jam kerja yang dilakoni buruh;

Misalkan hasil penjualan adalah 100; kapital konstan adalah 30; maka nilai tambah yang dihasilkan oleh buruh (yang bekerja, misalkan 7 jam,atau 420 menit) adalah 100 dikurang 30, yaitu 70. [mengapa disebut nilai tambah yang dihasilkan buruh? itu karena dengan tenaga kerja buruh lah (kapital variabel) maka alat-alat/sarana-sarana produksi (kapital konstan) bisa menjadi barang-barang atau jasa-jasa dagangan.] Dari nilai tambah yang 70 itu, yang dihasilkan oleh buruh, tidak lah seluruhnya diberikan kepada buruh, tapi hanya diberikan sebagian saja berupa upah dan tunjangan-tunjangan, misalkan 6. Jadi, buruh yang bekerja selama 7 jam (420 menit) untuk menghasilkan nilai tambah 70, hanya diberikan upah dan tunjangan-tunjangan senilai 6. Itu artinya, sekadar 6/70 nya; atau, bila dihitung dalam jam kerja, buruh yang bekerja 7 jam (420 menit) dan menghasilkan nilai tambah 70, tapi karena hanya diberikan upah dan tunjangan-tunjangan senilai 7, maka seolah-olah dia hanya bekerja 6/70 X 420 menit = 36 menit. (Jadi, sebenarnya, bila buruh sudah bekerja 36 menit, dia bisa tidur atau pulang, karena dia hanya dibayar senilai 36 menit.) dengan delmikian, ada nilai lebih (surplus) jam kerja yang tidak dibayarkan kepada buruh, yakni sebesar 70 dikurang 6 yakni 64, atau 64/70 X 420 menit yaitu 384 menit, atau 420 menit dikurang 36 menit = 384 menit. Itulah nilai lebih (jam kerja) yang tidak dibayarkan kapitalis kepada buruh. (Baca juga: Hambatan Kapitalis di Pasar)

(Baca selanjutnya di halaman 3)

Dan untuk menghasilkan nilai lebih (jam kerja) yang tidak dibayarkan kepada buruh yang leih banyak maka, selain ia menekan kenaikan upah, meningkatkan target produktivitas buruh, ia juga akan mempercanggih alat-alat/sarana-saran produksi (kapital konstan), mempertnggi teknologi produksi, agar hasil produksinya lebih banyak, lebih bagus, dan lebih murah (biaya per unitnya), walaupun dengan (jumlah) jam kerja buruh yang sama;

13. Yang kedua: agar kapitalis mendapatkan keuntungan dan dapat memiliki nilai lebih (jam kerja) yang dibayarkan kepada buruh, maka barang-barang dan jasa-jasa (komoditas) yang dihasilkan buruh harus ia jual dan laku di pasar, karena bila ia tidak menjual atau bila barang-barang dan jasa-jasa (komoditas) tidak laku, maka ia tidak bisa mendapatkan keuntungan dan tidak dapat mengambil nilai lebih (jam kerja) yang tidak ia bayarkan kepada buruhnya. Dan dalam rangka memenangkan persaingan di pasar, hal tersebut lah yang mendorong kapitalis untuk:

A. Memperluas/memperbanyak konsumsi yang ada sekarang;
B. menciptakan kebutuhan baru dengan lebih menyebarluaskan konsumsi yang ada sekarang ke kalangan yang lebih luas;
C. memproduksi kebutuhan baru, penemuan baru, dan menciptakan nilai-pakai baru;
D. Mempercanggih alat-alat/sarana-sarana produksi (kapital konstan), mempertinggi teknologi produksi untuk menghasilkan barang yang lebih banyak, lebih bagus, lebih murah (biaya per unitnya) dan lebih baru (nilai pakainya);

14. Kontradiksinya:
A. Kapitalis harus terus menerus memperbanyak nilai lebih (jam kerja yang tidak dibayarkan kepada buruh) agar memiliki dana untuk ditanamkan kembali sebagai kapital konstan (untuk mempercanggih alat-alat/sarana-sarana produksi);
B. Dengan tindakan kapitalis itu (sebagaimana dijelaskan dalam item A di atas), maka lama kelamaan barang dan jasa akan semakin melimpah;
C. Namun, karena buruh tidak dibayar setara dengan jumlah jam kerjanya, tidak setara dengan nilai hasil kerjanya, maka buruh/masyarakat tak mampu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang melimpah tersebut; buruh mendapatkan hanya 6, sedangkan barang-barang dan jasa-jasa harganya 100;
D. Itulah yang dinamakan krisis penawaran, ekses penawaran, barang berlimpah di pasar tapi buruh/masyarakat tak mampu membelinya, tak punya kemampuan atau daya beli yang tinggi;
E. Ketidakmampuan daya beli buruh/masyarakat tersebut lah yang akan menyebabkan barang-barang dan jasa-jasa tidak laku di pasar, sehingga kapitalis tidak bisa mendaptkan keuntungan, tidak dapat mengambil nilai lebih (jam kerja yang tidak dibayarkan pada buruh), dan tidak bisa mempercanggih alat-alat/sarana-sarana produksi, atau tidak bisa meningkatkan teknologi produksi.
F. Selain itu, kecenderungan kapitalis mempercanggih alat-alat/sarana-sarana produksi, atau  meningkatkan teknologi produksi, menyebabkan kecenderungan perbandingan antara kapital yang ditanamkan sebagai kapital konstan (untuk alat-alat/sarana-sarana produksi) akan lebih besar ketimbang kapital yang ditanamkan sebagai modal variabel (untuk upah dan tunjangan-tunjangan buruh). Tenaga kerja semakin digantikan oleh mesin. Dan hal tersebut menyebabkan semakin bertambahnya bala-tentara pengangguran, bala-tenatara cadangan industri;

15. Dengan demikian, ekonomi kapitalisme, pada akhirnya, menghambat perkembangan tenaga produktif (manusia dan alat-alat/sarana-sarana produksinya), perkembangan tenaga produktif menjadi tidak maksimal. Kapitalisme membunuh dirinya sendiri dan buruh/masyarakat.

One Comment

  1. …kemajuan dan ketinggian peradaban kapitalisme sudah benar jalanNya,
    krisis demi krisis mesti jadi kelangsungan hidup-matiNya susunan/bangunan gedungNya …sendiri dan sekaligus masyaraka "model" sekarang, sekiraNya "mereka" kapitalisten itu sungguh dapat mengadakan satu soal yang rupaNya "ADIL", sungguh-pun di pihak "mereka" itu dan di pihak yang bertentangan denganNya ada sendiriNya mengarti, bahwa tindakan (baca: tindasan!) "mereka" itu semua adalah sewenang-wenang belaka…

    …dalam cara hidup yang berlaku buat bangsa manusia,
    yang senantiasa berubah, bergerak, bertukar, berlaku-lah
    hukum-pertentangan itu; demikian persaingan MERDEKA itu
    sesuai dengan tempo iramaNya melahirkan monopoli-DEMOKRASI
    yang sendiriNya pula tiada sanggup mengadakan "koreksi"
    terhadap diriNya sendiri…

    …keadaan demikian tidak kurang mendesak dalam masyarakat INDONESIA,
    bukan cuma nasibNya kaum buruh, pak tani sendiri tak-berkuasa lagi atas PADI
    yang ditanamNya. Padi masak, orang lain yang punya… apalah artiNya lagi nasibNya
    kaum jelata "kita", yang terbukti kurang makan…atau salah-makan itu !?

    …propaganda toDay™
    : (…bukan) pr242

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *